Senin, 31 Oktober 2011


Peran Keluarga Dalam Mendidik Anak 

Pendidikan keluarga akan ditemukan sebuah karakter yang sangat kuat pada diri seorang anak Pendidikan dalam keluarga dapat memberikan pengaruh besar kepada karakter seorang anak. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan manusia tidak manja dan hidup energik terletak dalam pendidikan keluarga. Kalau kita membaca pernyataan berbagai pemimpin besar dunia, maka banyak di antara mereka memberikan nilai penting kepada pendidikan dalam keluarga. Antara lain Bung Karno selalu mengagumkan pengaruh seorang Ibu. Juga Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pentingnya pendidikan dalam keluarga. Karena dalam karakter yang ditimbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian orang. Karena akan banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang seperti memimpin masyarakat. Ilmu pengetahuan dan kemampun teknik adalah penting bagi pencapaian keberhasilan, tetapi tidak akan mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai sebuah karakter.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota keluarganya dan itu merupakan masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau mudah berubah sesudahnya.
Ada sebuah pendapat dari seorang ulama yang bahwa sangat pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan; Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat  bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa aja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Namun sebaliknya bila anak dibiasakan dengan kejelekan, niscaya akan menjadi jahat. Kedua orang tuanya juga ikut menanggung dosanya. Maka hendaklah orang tua memelihara, mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik kepada anak-anaknya, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewaan biar waktu dewasa umurnya tidak dihabiskan untuk menburu kesenangan dunia semata.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh orang tua sebagai konsep dasar apabila tidak ingin kehilangan keluarga kelak di akhirat yaitu :
1. Menanamkan nilai-nilai ketauhidan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehar hari.

2. Menanamkan kebiasaan untuk saling menasehati.
3. Mendekatkan diri kepada Allah swt.

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikn pertama dan terutama bagi anak. Pendidikan di keluaraga bertujuan agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani dan rohani. Banyak penulis dan peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan. Mereka berbicara bahwa pendidikan tidak hanya mempunyai tujuan menyiapkan individu agar bisa beribadah kepada Allah semata namun juga mencakup semua karya yang diniatkan kepada Allah.



Pemerataan Pendidikan di Indonesia




 Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, 
kompetisi yang ofensif dalam semua aspek kehidupan  ekonomi, serta 
perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. 
Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang 
berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan 
hingga ke pelosok negeri.  
   Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam 
mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah 
masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi 
hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan konvensional atau tatap 
muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan  potensi dan kemajuan 
teknologi baru.  
   Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah 
peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat 
miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk. 
Problem mereka, kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan 
akses pendidikan. Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa yang masih 
tertinggal juga harus mendapat perhatian guna mencegah munculnya 
kecemburuan sosial.  
   Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka  adalah upaya  penerapan cara non konvensional. 
Cara lain itu adalah memanfaatkan  potensi, kemajuan serta keluwesan 
teknologi.baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi, 
informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan biaya 
yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih merupakan 
jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di samping itu, 
sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau serta dapat 
menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang terlupakan 
tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal 
dalam hal ilmu pengetahuan. 
Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh 
yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya; fasilitas, alat-alat 
transportasi dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka 
terhadap teknologi. Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang 
beruntung ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang 
menjadi sasaran kita  dengan menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas; 
lebih efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus diciptakan dengan 
memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional.  
Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah 
geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur 
Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI),  dan antartingkat 
pendapatan penduduk ataupun antargender.

Minggu, 02 Oktober 2011

Masalah Sosial Sebagai Inspirasi Perubahan (Kasus Kemiskinan ) Dan Pencegahannya


   Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat meliputi gejala-gejala sosial,struktur sosial dan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sosiologi menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma,kelompok sosial lapisan masyarakat,lembaga masyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta perwujudannya. Gejala-gejala tersebut ada yang tidak berlangsung normal sebagaimana yang di kehendaki masyarakat merupakan gejala-gejala abnormal atau gejala-gejala patologis hal ini disebabkan adanya unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sehingga menyebabkan kekecewaan dan penderitaan .Gejala-gejala abnormal dinamakan masalah- masalah sosial.Salah satu contoh masalah sosial masyarakat adalah Kemiskinan.

   Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memilihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut .Kemiskinan sebagai suatu fenomena sosial yang tidak hanya dialami oleh Negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga terjadi di Negara-negara yang sudah mempuyai kemapanan di bidang ekonomi. Kemiskinan merupakan permasalahan yang di akibatkan oleh kondisi nasional suatu negara dan situasi global .Dengan adanya globalisasi ekonomi dan ketergantungan antar negara dapat memberikan tantangan dan kesempatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dan juga memberikan resiko ketidakpastian perekonomian dunia. Indonesia menghadapi masalah yang cukup besar di berbagai bidang baik di bidang ekonomi,kependudukan maupun lingkungan hidup .Pada umumnya semuanya akibat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada peningkatan kesejahteran rakyat .Dampak dari berbagai kebijakan tersebut adalah masih banyaknya penduduk miskin di Indonesia.

1 . Defenisi Kemiskinan

  Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memilihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut. Dan dapat diartikan juga sebagai Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia. Pemberdayaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menekan angka kemiskinan agar tercapai tujuan pembagunaan .
   
   Menurut John Friendman mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (esensial) individu sebagai manusia.Sementara Chambers menggambarkan kemiskinan, terutama di pedesaan mempunyai lima karakteristik yang saling terkait: kemiskinan material, kelemahan fisik, keterkucilan dan keterpencilan, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Dari kelima karakteristik tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kerentanan dan ketidakberdayaan. Kerentanan adalah ketidakmampuan keluarga miskin untuk menyediakan sesuatu guna menghadapi situasi darurat seperti datangnya bencana alam, kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga miskin .Kerentanan sering menimbulkan kondisi memprihatinkan yang menyebabkan keluarga miskin harus menjual harta benda dan asset produksinya sehingga mereka makin rentan dan tidak berdaya. Sedangkan ketidakberdayaan adalah dimana elit desa dengan seenaknya memfungsikan diri sebagai oknum yang menjaring bantuan yang sebenarnya diperuntukkan untuk orang miskin. Ketidakberdayaan keluarga miskin di kesempatan yang lain mungkin dimanifestasikan dalam hal seringnya keluarga miskin di tipu dan ditekan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Ketidakberdayaan mengakibatkan terjadinya bias bantuan untuk si miskin kepada kelas di atasnya yang seharusnya tidak berhak memperoleh subsidi, seperti kasus dana Bantuan Langsung Tunai (BLT).

2 . Jenis-Jenis Kemiskinan

   Besarnya kemiskinan bisa diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut
· Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
· Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.

3 . Penyebab Kemiskinan

  Faktor-faktor penyebab kemiskinan sangat sulit untuk dipastikan mana penyebab yang berpengaruh langsung dan yang tidak lagsung terhadap kemiskinan : 
  •        Tingkat dan laju pertumbuhan output
  •       Tingkat upah neto
  •       Distribusi pendapatan
  •       Kesempatan kerja
  •        Tingkat inflasi
  •        Pajak dan subsidi Investasi
  •       Alokasi serta kualitas SDA dan ketersediaan fasilitas umum
  •        Penggunaan teknologi dan tingkat & jenis pendidikan
  •       Kondisi fisik dan alam
  •         Politik dan peperangan
  •        Bencana alam

  Sedangkan Secara teoritis kemiskinan dapat dipahami melalui akar penyebabnya yang dibedakan menjadi dua kategori :
1.Kemiskinan Natural atau alamiahKemiskinan yang timbul sebagai akibat terbatasnya jumlah sumber daya dan/atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.
2.Kemiskinan struktural
Kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Artinya sebagian anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan.

4 . Penanggulangan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah besar di negara Indonesia terutama didaerah pedesaan. Persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial dapat menjadi konflik untuk itu harus mencari alternatif penanggulanan kemiskinan.
Salah satu upaya dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan pemberdayaan, misalnya pemberdayaan lingkungan dan pembedayaan kewirausahaan. Pemberdayaan adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan. Pemberdayaan merupakan program komprehensif dan terpadu dalam rangka peningkatan mutu Sumber Daya Manusia, human capital, yang sekaligus diarahkan untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) yang tujuan utamanya penghapusan kemiskinan dan peningkatan mutu manusia yang berbudaya dan demokratis.
Pemerintah pun telah banyak mengeluarkan program kebijakan yang digunakan untuk menanggulangi kemiskinan contohnya : PKPS BBM yang terdiri dari program bagi-bagi uang atau BLT, P2KP yang kemudian diganti menjadi PNPM dengan aneka ragam jenis PNPM, program BOS, RASKIN, Askeskin, Kredit Usaha Rakyat (KUR).
   Menurut Roger Harris dalam bukunya yang berjedul information and communication technologies for poverty alleviation (2004), Strategi penanggulangan kemiskinan, antara lain:
  • Mendistribusikan informasi yang relevan untuk pembangunan.
  • Memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged) dan terpinggirkan (marginalized).
  • Mendorong usaha mikro (fostering micro entrepreneurship)
  • Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine).
  • Memperbaiki pendidikan melaslui e-learning dan pembelajaran seumur hidup (life long learning)
  • Mengembangkan perdagangan melalui ecommerce.
  • Menciptakan ketataprajaan yang lebih efesien dan transparan melalui e-govermence.
  • Mengembangkan kemampuan.
  • Memperkaya kebudayaan.
  • Menunjang pertanian

5 . Kesimpulan

   Kemajuan suatu masyarakat atau bangsa biasanya ditandai dengan tingginya perhatian yang diberikan pihak pemerintah terhadap kelompok-kelompok marjinal, baik marjinal dari sisi geografis maupun sosiologis, sebab kemajuan yang dicita-citakan mestinya berorientasi pada pemerataan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, sebuah bangsa akan disebut maju jika seluruh atau sebagian besar masyarakatnya telah berada dalam kondisi sejahtera. Indonesia sebagai sebuah negara berkembang masih menghadapi berbagai problem ekonomi baik makro maupun mikro, dan hal tersebut telah turut menghambat lajunya proses kesejahteraan kehidupan rakyat contohnya masalah kemiskinan dan kesejangan sosial antara desa dan kota. Salah satu akibat terjadinya kesenjangan sosial meningkatnya kasus kejahatan dan kriminalitas, meningkatnya urbanisasi dari desa ke kota . Dengan demikian pemerintah harus berupaya memberikan perhatian kepada masyarakat miskin sebagai langkah untk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dengan pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah program untuk mendorong masyarakat agar mampu melakukan perubahan yaitu keluar dari kemiskinan dan menjadai berdaya mandiri.