Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri,
kompetisi yang ofensif dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta
perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi.
Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang
berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan
hingga ke pelosok negeri.
Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam
mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah
masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi
hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan konvensional atau tatap
muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan potensi dan kemajuan
teknologi baru.
Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah
peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat
miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk.
Problem mereka, kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan
akses pendidikan. Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa yang masih
tertinggal juga harus mendapat perhatian guna mencegah munculnya
kecemburuan sosial.
Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional.
Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan
teknologi.baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi,
informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan biaya
yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih merupakan
jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di samping itu,
sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau serta dapat
menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang terlupakan
tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal
dalam hal ilmu pengetahuan.
Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh
yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya; fasilitas, alat-alat
transportasi dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka
terhadap teknologi. Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang
beruntung ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang
menjadi sasaran kita dengan menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas;
lebih efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus diciptakan dengan
memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional.
Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah
geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur
Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat
pendapatan penduduk ataupun antargender.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar