Senin, 31 Oktober 2011

Pemerataan Pendidikan di Indonesia




 Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, 
kompetisi yang ofensif dalam semua aspek kehidupan  ekonomi, serta 
perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. 
Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang 
berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan 
hingga ke pelosok negeri.  
   Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam 
mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah 
masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi 
hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan konvensional atau tatap 
muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan  potensi dan kemajuan 
teknologi baru.  
   Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah 
peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat 
miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk. 
Problem mereka, kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan 
akses pendidikan. Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa yang masih 
tertinggal juga harus mendapat perhatian guna mencegah munculnya 
kecemburuan sosial.  
   Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka  adalah upaya  penerapan cara non konvensional. 
Cara lain itu adalah memanfaatkan  potensi, kemajuan serta keluwesan 
teknologi.baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi, 
informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan biaya 
yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih merupakan 
jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di samping itu, 
sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau serta dapat 
menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang terlupakan 
tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal 
dalam hal ilmu pengetahuan. 
Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh 
yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya; fasilitas, alat-alat 
transportasi dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka 
terhadap teknologi. Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang 
beruntung ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang 
menjadi sasaran kita  dengan menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas; 
lebih efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus diciptakan dengan 
memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional.  
Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah 
geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur 
Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI),  dan antartingkat 
pendapatan penduduk ataupun antargender.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar